Tahun Ketiga


Pagi itu kau keluar dari perutku. Pagi itu dunia menjadi berubah. Hari-hariku tak seperti biasanya. Malam-malam kuhabiskan dengan mendengar rengekanmu. Kau menangis tanpa henti. Luka sayatan belum pulih, kugendong dirimu pelan-pelan. Berharap tangismu akan reda. Kau malah semakin menjerit. Kuberi air dari dadaku yang katanya cairan surga. Itupun tak benar-benar membuatmu tenang. Empat hari kemudian aku berusaha pumping ASI. Hasilnya tak memuaskan.

Selanjutnya setelah tiba dirumah, tak bisa kau ditinggal semenit saja. Padahal malam aku begadang bedagang, dan pagi harus menjemurmu. Saat semua sudah kembali normal dan aku kembali bekerja, aku suka marah tanpa sebab. Aku juga sering menangis karena nelangsa. Puluhan botol ASIP di freezer beberapa kali ingin aku lempar. Gak peduli kamu makan apa. Biar. Pernah aku mogok, gak bawa coller bag saat kerja. 



Suatu hari kau menangis kuat di menjelang senja. Aku tak ingin dengar. Dan aku sendirian. Kuambil remote TV, semakin kamu kencang semakin kutambah volumenya. Toh gak ada yang tahu.

Aku ingin Luigi di Gresik saja. Seorang Ibu yang baik mau menjaga Lui saat aku kerja. Tapi Ibuku kepikiran, Lui di Surabaya saja. Akhirnya aku harus pulang pergi Surabaya-Gresik SETIAP HARI. Sebagai asumsi rumah dan kerjaku di Gresik.

Karena Lui di Surabaya maka tiga puluh satu hari pasca operasi secar itu, kuberangkat naik motor ke Gresik pagi-pagi, pulang ke Surabaya tak bertemu matahari. Kadang hujan lebat, kadang macet, putar haluan yang jauh, dan sampe rumah jam setengah 9 malam. Tau sendiri khan jalanan Surabaya Gresik kayak apa. Jalan padat penuh kendaraan besar, dan jalanan bergelombang. Apa kabar sisa luka sayatan secar dan motoran sendiri? Rasanya sudah kulupakan.

Selama proses menyusui ekskusif aku tak pernah tidur lebih dari 3 jam setiap malam. Dalam malam yang lelah dan hati yang kacau, setelah menyusui harus lanjut pumping ASI, ngumpulin setetes demi setetes. Muka babak belur. Mata yang pedih. Saat itu aku bisa sedih dan marah bersamaan.

Dan hari ini kuingat lagi aku sering benturin kepala ditembok selama aku hamil. Mengurung diri dikamar mandi bak seorang Alya difilm AADC 1 sambil menangis. 



Aku bangkit
Aku gak pengen gini terus. Aku lama-lama bisa gila. Lalu pertamakali aku ikut kelas Montessori miss Ivy. Darisana mulai tumbuh pemikiran bagaimana mendidik anak dengan respect. Sejak saat itu setiap Miss Ivy ke Surabaya aku pasti ikut. Gak peduli harus cuti kerja. Usia 17 bulan Luigi rajin aku kasih maen edukatif ala Montessori. Dirumah sebelum dan sepulang kerja aku ajak maen. Tidak hanya itu,  pagi sebelum kerja juga kuajak pergi ke lapangan atau taman.

Usia Luigi 18 bulan aku resign kerja. Semakin banyak kesempatan maen sama Luigi. Tiada hari tanpa main. Usia 19 Luigi berikhtiar masalah kesulitan makan. Berkunjung ke dokter anak subspesialis nutrisi anak. Akhirnya Lui makin akrab sama Laboratorium. Oleh dokter ahli nutrisi anak, Lui dirujuk ke dokter spesialis rehab medik. Akhirnya Lui 20 bulan pertama kali terapi oromotorik di National Hospital. Sebuah rumah sakit yang hanya Luigi pasien bermata lebar. Lambat laun kemampuan makan dan bicaranya mengalami kemajuan pesat. 


Luigi usia 25 bulan aku belajar Enlightening Parenting by Okina Fitriani agar bisa jadi Ibu yang baik buat Lui. Usia 28 bulan Luigi masuk sekolah musik. Usia 29 bulan Luigi pertama kali kubawa ke pagelaran kesenian tradisonal. Luigi 31 bulan tepar, lalu kubawa ke dokter anak supspesialis gastro anak karena diare. Karena setelah dari dokter anak biasanya, ia tak kunjung membaik.

Akhir tahun 2018, 34 bulan Lui rawat inap ke EMPAT kalinya di RS Darmo, dan kali ini harus diruang sangat privat, ruang isolasi namanya. Dan selama menjelang 3 tahun Luigi telah mengunjungi 10 Rumah Sakit, Gresik Surabaya dan Sidoarjo. 



Karena aku suka pergi berdua sama dia, maka aku mulai membuat hesteg khusus #dolenkaroLuigi. Kenapa? Karena menurut PBB hak anak nomer 1 adalah dolen.

Luigi 33 bulan aku ikut Training Behaviour Skill by Okina Fitriani, yang akhirnya bisa punya cara mengatasi lui yang mudah muntah dan trauma bersepeda. Luigi 35 bulan akhirnya punya teman dolen di @pushbikesurabaya. Yeyy anakku rider balance bike aye aye ddu ddu.

Ah, sungguh hidupku berwarna sejak ada Luigi. Aku jadi Ibu yang gak lempeng-lempeng aja. Pasti ada kejutan baru setiap hari. Semoga diusia 3 tahun sehat selalu yo le. Semoga Allah memberi banyak kesempatan baik untukmu. Dan juga semoga Allah selalu menjagamu. Meski Mama tak sempurna, tapi percayalah Mama sayang sama Lui.

Oia sampe hari ini aku BELUM berfikir akan menyekolahkan Luigi ke sekolah formal semacam PAUD. Biar dia puas maen sama Mama dulu aja. Karena dolen adalah hak segala anak.

Malam ini langit cerah. Bintang berkilauan dan bulan sedang menyabit. Suasana disini hening. Sudut mataku membasah. Tapi aku merasa bahagia. Aku telah tiga tahun menjadi Ibu dari lelaki pembelajar. Terimakasih ya Allah atas segala nikmatMu yang tak henti putus padaku.


Surabaya, 19 Februari 2019

1 komentar

  1. Peluk mama cantikkkk...

    Liat foto-foto ini, saya jadi ingat si kakak Darrell, masa kecilnya hingga berusia 6 tahun, selalu dipenuhi dengan rajin mengunjungi DSA.
    Pernah juga di opname, sakit hati rasanya melihat tangannya ditusuk jarum.
    Tapi, Alhamdulillah, saya gak se depresi ini.

    Justru anak kedua ini yang parah.
    Mungkin karena beban hidup semakin banyak.
    melakukan semuanya seorang diri.

    Pengennya ikutan kayak dirimu say, tapi juga belum memungkinkan karena gak bisa menitipkan si bayi pada orang lain huhuhu.
    Semoga Allah menguatkan kita selalu menjadi ibu yang normal, aamiin.
    Betewe, met ultah yaa Luigi yang ngguantenggg :*

    BalasHapus