Seni Pengasuhan dengan ilmu Enlightening Parenting


Seorang wanita berbaju cokelat dan rok panjang berwarna senada memasang senyumnya yang cantik. Memberikan kesan ramah padaku. Dialah wanita yang akan mengisi training "The Secret of Enlightening Parenting" pagi itu. Okina Fitriani namanya. Seorang psikolog yang mendalami ilmu Neuro Linguistic Programming (NLP) dan saat ini malang melintang dibidang parenting. 

Mataku terpaku setiap melihat ekspresinya dalam bertutur. Mendengar Bu Okina berkisah seolah menemukan oase yang begitu jernih dan menyentuh nurani. Tak hanya itu, beliau mampu menenun dengan indah kisah-kisah inspiratif hasil dari pelatihannya yang secara tak langsung memberikan optimistik bahwa kami juga mampu. Setiap ilmu yang diajarkan membawa pikiranku menari-nari bahwa aku pasti bisa mengendalikan akal maupun perasaan.



Bu Okina memberikan alat untuk menengok kedalam diri untuk menjadi istri, ibu dan diri yang terus bertumbuh. Entah bagaimana bisa kurangkum seluruh apa yang kudengar, kulihat, dan kurasakan dengan begitu indah, agar hikmah terus ada dalam tulisan ini.




Bersama kesulitan ada kemudahan, bersama kesulitan ada kemudahan QS al Insyirah (94) : 5-6. Dengan segala keruwetan tantangan pengasuhan “jaman now”, aku optimis bisa menjawab asal tau ilmunya. Dan Bu Okina memberikan semua itu. Karena mendidik tidak bisa mendadak. Anak adalah tamu istimewa yang kita undang untuk hadir dalam kehidupan kita atas kehendak dan persetujuan Tuhan. Apa yang kita lakukan jika ada tamu dirumah kita? Pasti memberi sambutan yang baik. Apalagi ini tamu yang mungkin belasan tahun ada dirumah kita. Perlu usaha istimewa.


bersama peserta training dari berbagai kota, bahkan luar pulau


Allah itu Maha Baik, sudah membuat tamu ini hadir ibarat sebuah gawai yang sangat canggih. Dengan processor tingkat tinggi, dengan pre-frontal cortex (PFC) yang hanya dimiliki makhluk bernama manusia. Dilekatkan 7 fitrah baik pada setiap insanNya saat lahir kedunia. Diantaranya fitrah iman (keTuhanan), fitrah bertahan hidup, fitrah belajar, fitrah kasih sayang, fitrah interaksi, fitrah seksualitas, dan fitrah tanggung jawab. Dan supaya fitrahnya baiknya tidak hilang, maka ada prinsip parenting yang harus jadi pijakan. Menjadi teladan, mengingatkan dan memperbaiki. Dan dilakukan secara konsisten dengan penuh kasih sayang dan sabar.


 founder EP, Okina Fitriani

Ingin kutulis apa yang telah kudapatkan diacara ini. Beberapa hal yang kupelajari di pelatihan EP kali ini diantaranya :

Komunikasi suami istri.
Karena hal ini adalah kunci keberhasilan pengasuhan anak. Dan menariknya tema ini disampaikan langsung oleh suami Bu Okina, pak Ronny Gunarto. Semua yang disampaikan logis dengan data dan dengan kisah riel. Menikah adalah komitmen dan cinta adalah kata kerja. Maka butuh usaha untuk merawat cinta. Apa sih yang bikin seseorang komitmen? Fokuslah memenuhi kebutuhan pasangan dan penuhi tangki kasih sayangnya. 

Masih teringat Pak Ronny mengatakan apresiasilah pasangan meski terlihat sepele. Menyiapkan air jeruk nipis setelah istri bangun tidur, mengecek maps sebagai info sebelum suami berangkat kerja, atau menyiapkan sajadah atau mukena agar saat istri shalat tinggal dipakai. Semua hal ini jika dilakukan pasti membuat pasangan senang. Hal kecil itu disiapkan tidak lebih dari 3 menit.  

Jangan lupa untuk have fun bareng pasangan. Misalnya pergi keluar berdua. Bu Okina dan Pak Ronny masih seneng lari-larian berdua saat di Airport loh :D ya tujuannya seneng aja.  Asal tidak mengganggu orang lain,  why not? 


Pak Ronny menjelaskan topik komunikasi suami istri

Bu Okina juga menambahkan supaya suami bisa terlibat dalam pengasuhan anak adalah kasih, kasih, kasih baru minta. Rendah hati menjadi istri. Ini yang ngejleb banget. Kadang kita pengen suami a.b,c,d,........z tapi gak pernah usaha apreasiasi, suka kasih yang “kue” yang gak enak. Hmm... Kue yang tidak enak ini misalnya omelan dan keluh kesah kondisi anak atau rumah. Buatlah pasangan "ngeces" alias ngiler supaya berbuat tanpa diminta. Dan lakukan dengan memulai. 

Tidak ada orang yang tidak cocok, jika berupaya mencari persamaan dan selalu mengingatkan kebaikan. 

Peran ayah
Disampaikan oleh Mas Akang, suami mba Juliana Dewi. Seorang suami yang pernah menggebrak pintu kamar anak yang sengaja dikunci dari ayahnya. Dan memukul anak perempuannya tersebut ketika pintu berhasil digebrak. Sementara istrinya hanya bisa menangis. Setiap ada Ayahnya, anak perempuannya ingin Mas Akang segera pergi kerja. Ia tidak mau disentuh bahkan dipeluk. Yang saat ini sang Ayah bisa dekat dan bahkan bisa menggandeng anak perempuannya saat touring. Mendengar kisah Mas Akang, mataku menghangat. Basah.  

Mas Akang menjelaskan mengenai peran Ayah dalam pengasuhan yang ternyata tidak remeh. Ayah tugasnya BUKAN HANYA mencari nafkah. Bahkan di Al Qur’an dijelaskan mengenai peran Ayah salah satunya menjadi teladan dan mengajarkan Tauhid. Untuk istri jangan lupa mengisi tangki cinta suami, agar semakin luber cinta Ayah pada keluarga.


pasangan inspirasi, mba Iwed dan mas Akang

4 hal yang ditanamkan pada anak adalah Taat atau patuh pada Tuhan, meningkat dengan memberi ruang untuk bertambah fitrah belajarnya sampai meningkat, bermanfaat dan syukur.


Diajarkan pula kami cara mengelola emosi dengan :
Belajar menggugurkan limiting belief atau keyakinan yang tidak memberdayakan.
Caranya sangat mudah dengan mengurai informasi sehingga tampak detailnya. Bahkan bila perlu menggunakan hitungan riel. Dicontohkan seorang peserta yang mengatakan dia pemarah. Dan ternyata setelah dihitung secara matematis, marahnya hanya 0,01% saja. Sehingga apa layak dia disebut pemarah?

Anak juga bisa mengalami limiting belief dan sebabnya adalah kita. Yakni membandingkan dan labelling. Atau kita “men-generelisasi” dengan kata “selalu” dan “gak pernah” dan kata ini tidak faktual.


Melatih Framing dan Reframing. Framing adalah makna pertama yang kita pilih terhadap suatu peristiwa. Sedangkan reframing adalah mengubah cara pandang untuk memilih respon yang memberdayakan. Memberi makna baru.
Contoh dalam latian saya :
Fakta : anak menolak belajar (tidak sedang sakit ataupun kelelahan)
Discouraging frame : anak malas
Emosi yang muncul : marah
Respon : ngomel
Reframe : Mungkin dia kurang kegiatan yang bermakna, dan bosan dengan sistem belajar selama ini
Emosi yang muncul : netral
Respon : menyiapkan agenda kegiatan yang menyenangkan untuk anak, belajar sambil bermain misalnya fun trip berdua

Reframe tidak hanya untuk anak, tapi juga bisa dilakukan untuk suami.

Reframing berbeda dengan positif thinking karena positif thinking bisa menjadi pembenaran atau rasionalisasi.  Sedangkan reframing itu menghasilkan makna baru yang lebih memberdayakan. 


Kunci keberhasilan reframing adalah sering latihan dan memiliki lingkungan yang mendukung. 


Latihan disosiasi. Disosiasi adalah melepaskan diri dari jeratan emosi menjadi observer dan melihat masalah dalam konteks yang lebih luas sehingga mudah mengalisa sesuatu. Kita seperti melihat film yang pemainnya kita sendiri. Dalam manajemen istilahnya “helicopter view”. 

Emosi terjadi karena kita terlibat dalam masalah,  maka ibarat sebuah sup kita pisahkan mana wortelnya,  maka kentangnya,  mana sayurnya.

Dengan metode ini seseorang bahkan yang benci dengan Ibunya sejak kecil karena merasa apa yang dilakukan selama ini SELALU salah dimata Ibunya, bisa mengilangkan rasa benci itu tidak lebih dari 15 menit saja.


Melatih dan menguatkan Anchor. Anchor adalah jangkar emosi dan ia akan aktif ketika kita mengaktifkan sebuah kode yang sudah ditanamkan. Anchor bisa diciptakan untuk memicu kondisi sabar, bahagia, bersemangat, dan percaya diri kapanpun kita perlukan. Misalnya seseorang yang ketakutan naik tornado, kemudian bisa dengan senang bermain tornado hanya dalam waktu tidak sampai 5 menit. Pernah nonton film Harry Potter? Gambarannya seperti saat ia mengatakan mantra expecto patronum.




Lima pilar keberhasilan pengasuhan
1. Selesaikan emosinya (tentunya dengan cara diatas, terserah memilih yang mana)
2.     Fokus pada tujuan
Bawah sadar hanya mengenali tujuan yang bentuknya jelas. Yang spesifik dan terukur, melibatkan visual, auditori, dan kinestetik (VAK), diri sebagai kendali, kalimat yang positif dan selaras.
Contoh dalam latihan saya :
“Saya akan menumbuhkan semangat belajar Luigi dengan mendampinginya melakukan kegiatan yang kreatif minimal 2 jam sehari dengan cara yang fun”
3.       Bangun kedekatan
Dengan cara fokus pada hal baik. Dengan cara memperbanyak memuji namun memuji yang efektif. Puji perilaku bukan orangnya. Dan menegur efektif. Caranya dengan memiliki data kebaikan anak-anak (menjadi detektif kebaikan). Semakin konkrit semakin baik, karena dengan semakin konkrit kita bisa loh gak jadi negur hehe. 
Teknisnya :
Katakan secara tepat apa kesalahan perilakunya, nyatakan perasaan kita, katakan dia anak yang mempu membuat perubahan, cintai dia, dan konsekuensi terbaik adalah Natural Consequences.
4.       Ketajaman indera
Orangtua harus punya kemampuan “mendengar”. Nah ini dicontohkan dengan komunikasi Bu Okina dan tim tentang nenek. Haha. Intinya kita harus jeli baik secara Visual, Auditif dan Kinestetik.
5.       Fleksibel dalam tindakan
Jika kita sebagai orangtua melakukan hal yang sama terus menerus, namun hasilnya anak gak berubah, UBAH CARA KITA !!! Ubah strategi kita untuk mengubah pola perilaku anak.

Dan yang tidak kalah penting adalah cara menginstal belief, value dan attitude pada anak dengan kami diyakinkan untuk menjadi role model, diajarkan membuat disiplin dengan kesepakatan, bagaimana briefing dan role playing, dan kekuatan briefing dan role playing itu luar biasa. Bagaimana membuat gossiping untuk reinforcing misalnya telfon ayahnya dengan bisik-bisik untuk memuji anak, membuat moment utilization atau memanfaatkan kejadian misalnya membahas gol pemain bola dengan mengucapkan “wah semangatnya mengingatkan Mama saat kamu bertanding bola, ....”.


contoh istri yang berhati lembut, mba Juliana Dewi

Dan yang gak kalah keren kami diajarkan parental coaching. Agar ketika anak ada masalah, anak bisa mencari solusinya sendiri. Agar anak pandai membuat keputusan dan memotivasi diri. Yang hal ini disampaikan oleh mba Juliana Dewi. Beliau cerita bagaimana anaknya yang SELALU terlambat pergi sekolah sampai kelas 4 SD, dan akhirnya berhasil tepat waktu. Termasuk anak perempuannya yang hobby ketinggalan barang bawaan sekolah, tanpa mba Iwed tergopoh-gopoh mengantarkan ke sekolah. 

Dan terakhir diajarkan membangun visi misi keluarga. Dengan detail dan konkrit dan bisa dievaluasi. Tidak hanya perusahaan saja yang butuh visi misi, karena bukankah keluarga ini akan dipertanggung jawabkan di hadapanNya kelak?.

Mungkin tak akan tuntas jemariku dalam menggoreskan kata yang kulihat, kudengar dan kurasakan saat training. Mungkin karena terlalu banyak ilmu yang ditularkan pada kami. Namun yang pasti, kutuliskan ini sebagai pengingat diri, bahwa mendidik anak tidak bisa mendadak. Pengasuhan harus disertai ilmu. Dan ilmu setinggi apapun akan sia-sia jika tak dilakukan. Dan terimakasih ya Rabb kau temukan aku dengan orang-orang luar biasa ini, Bu Okina Fitriani, Pak Ronny Gunarto, mba Juliana Dewi dan mas Akang Sutedja beserta seluruh tim training Enlightening Parenting. Terkhusus mba Elfira, terimakasih atas segala semangat dan masukan untuk terus belajar pengasuhan.


guru yang sangat logis, namun rendah hati


Gresik, 11 April 2018

40 komentar

  1. Masya Allah.. Bermanfaat sekali sharingnya, saya membacanya seperti sudah mengikuti trainingnya. TFS Mbak Septi. Semoga kita makin dimampukan untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Aamiin.

    BalasHapus
  2. Terima kasih untuk sharingnya mba, sangat detail sekali.
    Semoga saya dapat merubah sikap saya yang salah selama ini. Dan saya ingin yang terbaik untuk anak-anak. Amin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba orangtua pasti ingin yang terbaik ya, buat anaknya.

      Hapus
  3. Wah, ingin sekali sy bs ikut dlm acara paenting ini. Kelihatan sekali ilmunya sangat dalam dan keren. Untunglah bs disharing di blog y mb spy menyebar kebaikannya. Thanks for sharing. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba Bu Okina dan tim EP keren banget ilmunya. Sama2 ya mb. Makasih sudah mampir di blog ini :)

      Hapus
  4. Penasaran sama helicopter view. Siapa tahu ada kejadian sekitar kita ya

    Benar ya yg penting itu orang tua harus jadi contoh terbaik untuk anaknya.

    Terimakasih sharing ilmunya Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba menjadi teladan penting banget krn kita sedang jualan value ke anak kita. Sama2 ya mba.

      Hapus
  5. huwaaa... kayaknya aku butuh ini mbaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak yg datang training karena pengen "sembuh" mbak. Recomended loh, hehe :D Moga berkesempatan ikutan training EP juga ya mba :)

      Hapus
  6. Septi tidak pernah berubah. Selalu semangat belajar untuk tujuan yg dipengen. Terus menulis dan sharing ilmu parenting ya. Ini tulisan bagus, bs merangkum 2 hari dengan sudut yang epik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa komennya di-anonim? Sama2 ya, makasih sudah membaca tulisan ini :)

      Hapus
  7. Sepertinya bagus training ini, gk hanya buat bu Ibu. Tapi juga buat para bapak ya. Baru tau klo tugas laki2 kayak aku tugasnya gk cuma cari nafkah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena laki laki adalah pemimpin atau imam dalam keluarga, maka juga harus mengarahkan keluarganya selamat dunia akherat hehe :D

      Hapus
  8. Pernah tau istilah Enlightening Parenting saat jalan-jalan ke toko buku. Sepakat, bahwa cinta adalah kata kerja. Jadi pasangan harus saling mengusahakan untuk saling merawat. Dan ilmu untuk mengendalikan emosi yang dijelaskan sangat masuk akal. Menarik ulasannya mba Septi.

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada bukunya mas, Enlightening Parenting dan Anakku Tamu Istimewa. Udah punya belom?
      :D Mengelola emosi adalah kunci

      Hapus
  9. Ini ilmu parenting yang wajib orang tua ikuti, tulisannya nendang banget nih, setiap pengasuhan anak pasti ada ilmunya ya, semoga kita semu bisa menjadi orang tua yang lebih sabar menghadapi anak2 yaa..

    BalasHapus
  10. Wah sharingnya bermanfaat banget nih dan menjadi ilmu banget untuk aku klo udh jadi ibu nantinya. Thanks mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah jika ada manfaatnya. Sama2 ya mba :)

      Hapus
  11. Benar bu teladan utama. Walau kita tidak ada yg sempurna. Ortu adalah teladan bagi snag anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, krn kita jual value ke anak. Jadi harus jadi teladan, supaya jualannya laku :)

      Hapus
  12. Setuju bgt bagian selesaikan emosi terlrbih dahulu. Nah, aku biasanya dengan mbolang. Sederhananya begitu. Baru tau istilah jangkar emosi itu. Berguna bgt buatku mba. Tfs

    BalasHapus
  13. Bedanya apa mba, beli buku EP dengan materi training?

    BalasHapus
  14. Saya tau, mbak Juliana Dewi, dulu beliau salah satu blogger yang aktif. Mbak Juliana ternyata ikut dengan suaminya ya...suka sharing ilmu parenting. Pengalamannya jadi ayah, sungguh menginspirasi

    BalasHapus
  15. Mbaak Septi, seruuuu banget! Iiiih terharu, saya suka banget yang ini. Saya bookmark buat belajar, terima kasih banyak yaaa Mbak udah mau ngerangkumin hihi. Cakeeppp buat diterapkan di rumah. Suka banget blognya Mbak Septi, saya banyak belajar dari tulisan Mbak Septi ��.

    BalasHapus
  16. Senangnya baca artikelnya serasa ikutan acaranya, dan bermanfaat buat saya, thanks ya mbak.

    BalasHapus
  17. Terima kasih ilmunya, Mbak. Luar biasa bermanfaat. Saya belum punya anak sih, tapi kayanya bisa juga diterapkan pada ponakan.

    BalasHapus
  18. Seorang temanku juga mengikuti Enlighting Parenting ini. Dia jadi sering sharing terutama mengenai pola asuh dan menggugurkan limiting belief. Memang ilmunya bermanfaat sekali mbak.

    BalasHapus
  19. Mbak, ilmunya ini berguna banget. Walaupun aku belom punya anak, tapi tetap bisa belajar banyak. Makasih udah sharing mbak.

    BalasHapus
  20. Duh aku harus baca benar-benar ini tulisannya. Harus ngulang lagi. Banyak hal penting yang ingin aku pelajari terutama parenting. Bookmark ah.

    BalasHapus
  21. Bagus mbak tulisan ini, bisa dijadikan bahan acuan mendidik anak

    BalasHapus
  22. Terkesan banget sama kalimat:Mendidik anak tidak bisa mendadak. Karena memang, mendidik ada proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Kita harus terus belajar menjadi pendidik yang baik. TFS mba Septi!

    BalasHapus
  23. Makasih Bunda ilmunya. Semoga kita semua bisa menerapkab semua poin-poin penting di atas ya dan harus

    BalasHapus
  24. Terus berbagi ilmu ya bunda Septi, si ceria yang tak pernah bosan belajar dunia parenting dan anak usia dini. Tulisan ini penting semua.
    Bagian "Kasih, kasih dan kasih baru minta" bikin deg juga. Mau ikutan acara ginian tapi bayarnya mahal ya, jutaan. Tapi kalo baca ini bisa "ngeh" sama point Enlightening Parenting. Bu Okina super ilmunya, saya suka baca bukunya. Blog ini aku bookmark ya, mulai Montessori sampai EP.

    BalasHapus
  25. Komunikasi suami istri dalam hal pengasuhan anak emang sangat penting ya mbak. Soalnya jangan sampai si Ayah bilang ini boleh, ibu bilang gak boleh. Kudu satu suara spy anak gak bingung TFS :D

    BalasHapus
  26. Minum perasan air jeruk nipis di pagi hari? Hehehe aku bisa mules kali mba.. tapi bagus yah buat detox. Setidaknya suami nya perhatian hihi

    BalasHapus